Penulis : Windhy Puspitadewi
Penerbit : Gagas Media
Tebal : 180 halaman
Terbit : Agustus 2010
Rating : 4/5
Aku seperti bunga matahari yang selalu mengejar sinar matahari, hanya melihat pada dia: matahariku.
Aku mengagumi kedalaman pikirannya, caranya memandang hidup-malah, aku mati-matian ingin seperti dirinya.
Aku begitu terpesona hingga tanpa sadar hanya mengejar bayang-bayang. Aku menghabiskan waktu dan tenaga untuk mendongak sampai lupa kemampuan diriku sendiri.
Aku bahkan mengabaikan suara lirih dari dasar hatiku. Aku buta dan tuli. Dan di suatu titik akhirnya tersungkur. Saat itulah aku mulai bertanya-tanya: Apakah dengan menjadi seperti dia, aku pun akan dicintai?
Novel Morning Light sendiri menceritakan empat orang remaja yang sedang mencari jati diri yaitu Devon, Sophie, Julian, dan Agnes. Mereka berempat selalu menjadi bayang-bayang orang tua mereka. Tanpa mereka ketahui, sebenarnya mereka memiliki kemampuan lain yang tak kalah membanggakan. Namun lagi-lagi karena bayang-bayang orang tua, mereka terpaksa menekuni dunia yang mereka tak sukai. Seperti tokoh Sophie yang sebenarnya mempunyai bakat dalam bidang fotografi. Tapi karena Ibu Sophie adalah penulis terkenal, Sophie berusaha untuk menjadi penulis. Dan hasilnya, tulisan Sophie di tolak penerbit.
Cerita
ini berakhir happy ending. Dimana semua tokoh menyadari kemampuan
mereka yang sebenarnya tanpa harus menjadi bayangan orang tua. Mereka
juga menemukan orang yang berarti dalam hidupnya. Devon dan Sophie yang
akhirnya menyadari perasaan satu sama lain, Julian yang mampu
mendampingi Agnes walau dulu Agnes sempet naksir Devon. Dan semua
berakhir bahagia. Pesan dari novel ini adalah bagaimana kita harus
menjadi diri sendiri bukannya malah menjadi orang lain hanya karena
ingin membuat orang tua bahagia. Percuma kalau kita berusaha menekuni
bidang A, tapi sebenarnya kita memiliki kemampuan di bidang B.
Komentar
Posting Komentar