Judul buku : Let Go
Sinopsis :
“Aku benci Dia!” itulah
yang selalu ia katakan saat orang lain bertanya tentang ayahnya. Caraka
Pamungkas, yang akrab dipanggil dengan nama Raka, sangat membenci ayahnya.
Baginya, kepergian sosok sang ayah merupakan sesuatu yang tak termaafkan.
Ayahnya berjanji akan menjaga dia dan ibunya, tetapi ternyata justru
meninggalkannya. Ia tidak pernah bisa untuk berhenti membencinya, karena hanya
dengan cara itulah ia bisa mengenang sang ayah.
Beranjak
sebagai seorang remaja yang lebih mengandalkan otot daripada otak, membuat Raka
selalu mendapatkan masalah sejak awal ia bersekolah. Baru empat bulan duduk di
bangku kelas X, ia sudah mendapat reputasi buruk dari sekolah. Terancam akan
dikeluarkan dari sekolah, ia terpaksa untuk menerima anjuran Bu Ratna, wali
kelas yang sangat peduli terhadapnya. Bergabung dalam kelompok majalah dinding
sekolah, “Veritas”, bersama 3 murid lainnya yang awalnya tidak saling kenal.
Caraka,
yang suka sekali mencampuri urusan orang lain, mau tidak mau harus bekerja sama
tiga orang dengan sifat yang sangat berbeda-beda. Nadya, ketua kelas yang
cantik, pintar, serba bisa yang kadang kelewat mandiri sampai-sampai tidak mau
dibantu oleh orang lain. Sarah, cewek pemalu yang tidak bisa menolak permintaan
orang lain, membuat Raka selalu ingin membantunya. Sedangkan Nathan, cowok
tampan kaya yang sangat cerdas, tetapi selalu bersikap sinis dan dingin sekali.
Sifat Raka yang suka ikut campur, membuatnya
terjebak dalam urusan teman-temannya. Pertama, hubungan Sarah dan Caraka.
Kebaikan Raka ternyata disalahartikan oleh Sarah. Sarah menganggap Raka
menyukainya. Kedua, hubungan Caraka dengan Nadya. Nadya yang selalu menolak
bantuan orang lain, yang selalu mencoba untuk mandiri, membuat Raka tidak kuasa untuk membiarkannya. Raka selalu ingin
melindunginya, menjadikannya lebih manusiawi. Ketiga, hubungan Nathan dan Raka.
Nathan yang berusaha unuk menjaga jarak dengan orang lain, sangat kesal dengan
sikap Raka yang suka ikut camur urusannya. Namun ternyata, sifat itulah yang
justru membuat mereka semakin dekat dan membuat Raka menyadari bahwa Nathan
telah menjadi bagian terpenting dalam hidupnya.
Diam-diam,
Nathan ternyata harus hidup bersama tumor otaknya sejak satu tahun yang lalu. Sikapnya
yang menjaga jarak dengan orang lain semata-mata karena ia tak ingin
meninggalkan memori yang baik tentangnya. Ia tak ingin orang lain juga merasakan
kesakitannya dan kelak ketika ia meninggal, Nathan tak ingin ada seorang pun
yang menangisinya. Kematian ibunya, cukup membuat Nathan menyadari rasa sakit
dari kehilangan.
Hal ini tentu mengharuskan Caraka untuk
memasuki kehidupan Nathan. Ia berusaha menyadarkan Nathan bahwa masih banyak
hal yang layak untuk diperjuangkan. Awalnya, Nathan menolak dan menyuruh Raka
untuk menjauh dari kehidupannya. Ia lebih memilih mati perlahan-lahan, tanpa
penyesalan, tanpa terikat oleh siapapun. Namun, akhirnya Nathan tersadar bahwa
kesempatan sekecil apapun harus dilakukan demi orang yang ia sayangi dan
menyayanginya.
Sekali
lagi, Caraka harus berhadapan dengan sesuatu yang paling ditakutinya, yaitu
“kehilangan”. Nathan meninggal satu tahun kemudian. Operasinya memang berhasil
mengangkat tumornya. Namun karena sudah menyebar ke daerah vital, nyawanya
tidak terselamatkan lagi.
Komentar
Posting Komentar